Surat untuk Nyonya Perihal Pemecatan Tuan

Sebuah kisah tentang seorang Tuan yang di berhentikan dari pekerjaannya, dan Nyonya yang tidak bisa menerima kenyataan tersebut menyalahkan orang lain...

"Tuan dipecat dari pekerjaannya minggu ini."

Entah apa yang Tuan katakan pada Nyonya,
yang kami yakini menyalahkan kami,

Hingga...

Nyonya tersebut meminta kami untuk memposisikan kami pada dirinya dan Sang Tuan,
tanpa dia ketahui bagaimana sikap Tuan yang sebenarnya,
Nyonya tersebut meminta kami berfikir tentang mereka,
bagaimana mereka menjalani hidup,
tanpa dia ketahui, apa yang telah dilakukan Sang Tuan,
yang kurasa tanpa pikir panjang,
mungkin memang karena pikiran Tuan yang sempit,
atau mungkin terlalu luas, hingga Nyonya tersesat?

Nyonya mengatakan dia lebih tahu tentang Tuan dibanding siapapun,
tanpa dia ketahui, apa yang ada dibelakang Tuan.

Sungguh, kami kecewa pada Nyonya,
karena kami pikir Nyonya cukup pintar.
ternyata Nyonya telah buta.
bisa termakan omongan ular.

Nyonya menyalahkan kami,
menganggap kami mengadu pada Sang Besar tentang Tuan,
padahal, kami tak perlu mengatakan apapun, Sang Besar memiliki mata,
Sang Besar tahu bagaimana sikap Tuan di tempat kerja tanpa Nyonya,
dan Sang Besar memiliki segala bukti tentang perlakuan Tuan.

Bukan berarti Sang Besar tak pernah mengatakan apapun perihal ini pada Tuan,
sering, bahkan mugkin terlalu sering hingga Sang Besar muak!
tapi rupanya Tuan terlalu angkuh untuk mendengar
sama seperti Nyonya yang terlalu buta untuk melihat.

jangan anggap kami terlalu rendah untuk membicarakan tentang Tuan pada Sang Besar,
karena mulut kami terlalu baik untuk membicarakan tentang kebusukannya.
kami tak ingin ikut busuk seperti Tuan
yang sering membicarakan kami dibelakang,
tak perlu diberitahu, karena kami tahu sendiri tentang Tuan
karena Tuan tak memperlakukan hal itu hanya pada satu orang, tapi semua, bahkan Sang Besar juga.
membuat kesimpulan singkat tak lah sulit tentang Tuan, dan kelakuan buruknya.

Semena-mena, seenaknya, angkuh, tak mau mendengarkan, juga tak mau disalahkan jika bersalah.
selalu mencari kambing hitam dan menganggap dirinya terlalu suci.

bukan kami mengada-ada Nyonya,
tapi tolong pikirkan lagi kata-katamu terhadap kami.

Nyonya, buka matamu, buka telingamu,
kurasa kau terlalu buta dan tuli karena cintamu kepadanya,

sungguh aku kasihan terhadapmu Nyonya,
tak ingin aku turut membencimu karena perlakuan Tuan,
karena kau tidak pula melakukannya, tapi pahamilah Nyonya,
pandangan Nyonya telah salah terhadap kami,

jangan buat kami menganggap Nyonya Bodoh, karena nyonya tidaklah bodoh.
hanya buta dan tuli termakan cinta dan omongan palsu sang Tuan.
jangan pula anggap keputusan kami bodoh, karena kami memikirkannya.
kami muak dengan perlakuan Tuan yang seenaknya dan segala keangkuhan tentang hal biasa.

Nyonya, buka matamu, kasihani anakmu,
jangan buat dirimu larut dalam kebencian dan kemunafikan yang salah,
jangan pula buat dirimu tertipu,
karena mendengar omongan dan aduan Tuan yang salah.

Nyonya, sungguh kami menyayangimu, karena kau baik
tapi Nyonya, kami bukanlah berwajah dua seperti Tuan.
kami tak seperti itu Nyonya, kami tidaklah mengadu apapun pada Sang Besar.
karena rupa-rupanya, perihal kuncilah yang membuka semuanya.
menyibak tabir yang menutupi topeng Tuan.

Nyonya,
pahamilah...
Tuan dipecat karena kesalahan murni Tuan, bukan karena kami adukan hal yang tidak-tidak.

itu saja Nyonya,
jangan salahkan siapapun,
karena mugkin kami memang bersalah.
tapi maafkanlah kami,
jangan termakan kebencian Tuan terhadap kami,
hingga kau turut membenci.
karena kami tak sanggup membenci Nyonya yang baik.
Previous
Next Post »