Hello Again Bromo, Camping (Lagi)

Bromo. Pastinya tempat ini sudah gak asing lagi. Tempat yang menjadi tujuan bagi orang-orang dari berbagai penjuru bumi untuk menikmati sunrise yang cantik di ujung pulau jawa (well gak ujung-ujung banget sih). Ini adalah kali kedua gue mengunjungi Bromo. Yes, kali pertama yang waktu itu camping dan fail banget.

Perjalanan ke Bromo kali ini gue berangkat dari Dieng (post sebelumnya monggo dibaca ya). Dari Dieng harus ke Purwokerto terlebih dahulu untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta menuju stasiun Surabaya Gubeng. Berdasarkan perjalanan ke Bromo yang sebelumnya, di stasiun Surabaya Gubeng ini kalian transit untuk meneruskan perjalanan ke Probolinggo dengan kereta Probowangi yang jadwalnya bisa dilihat disini. Tiketnya bisa beli di loket langsung, gak perlu booking online dan harganya 30.000IDR.

Sesampainya di probolinggo gue dan rombongan langsung naik angkot menuju terminal tempat mangkal angkutan ELF untuk naik ke Bromo. Elf ini biasanya menunggu penuh baru jalan dan berisi 10-11 orang. Waktu gue sampai terminal sih udah ada 2 pasang bule yang nunggu elf nya penuh, pas banget 11 orang kalo sama rombongan gue dan tinggal jalan aja, tapi karena pada laper akhirnya kami memutuskan untuk makan di warung gak jauh dari elf. Bodo amat dah itu bule-bule nungguin kita wkwk. (karena urusan perut lebih penting, gak mandang seberapa gantengnya bule itu.) By the way, warung tempat gue makan harganya murah untuk ukuran tempat wisata yang biasanya mematok harga tinggi, tapi ya rasanya standar aja. Daripada laper ye kan.

Tarif elf ke Bromo 40.000IDR/orang. Dan gak bisa nego walaupun kami gak turun sampai gerbang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Yep, kami memang gak turun depan gerbang karena kami harus turun di pom bensin terkakhir sebelum memasuki kawasan TNBTS. Pom bensin tersebut merupakan meeting point kami dengan orang yang menyewakan tenda+jeep untuk kami, yaitu Mas Bama (0858-5994-452). Ternyata selain menyewakan tenda dan jeep, Mas Bama ini punya coffee shop lucu juga loh! Namanya Roast Bromo Coffee. Lebih asiknya lagi untuk pecinta kopi kalau sewa jeep sama Mas Bama free 5 cups espresso shot! *Tapi gak tau ya sekarang masih berlaku atau enggak hehe*



Setelah cukup beristirahat sebentar di coffee shop kami langsung melanjutkan perjalanan ke kawasan TNBTS. Lagi-lagi melewati perkebunan milik warga yang tampak asri membuat gue gak mau balik ke Jakarta haha. Sekitar 20 menit kemudian sampailah di gerbang kawasan TNBTS. Untuk memasuki wilayah TNBTS ini dikenakan biaya retribusi sebesar Rp.30,000/orang (termasuk asuransi) plus Rp.10,000 untuk kendaraan roda 4 (karena waktu itu dari coffee shop langsung naik jeep). Selesai urusan retribusi, kami langsung menuju camping ground di Bukit Mentigen, tempat yang sama dengan lokasi camping gue di Bromo yang sebelumnya. Camping ground ini tepatnya berada di belakang hotel Lava View Lodge dan ada 2 bilik toiletnya. Hari itu hanya rombongan kami yang camping disana.



Karena hari sudah mulai sore dan angin semakin berhembus kencang (kayak di film horror sumpah) jadi kami segera membangun tenda biru dengan susah payah (dasar amatir).
*lucunya, pas masang ini sempet bongkar beberapa kali karen ternyata salah pasang, untung dibantu sama orang sana cara masang tenda yang bener. fiuuhh...
Tenda selesai tinggal cari makan malam *bener-bener gak siap camping, duh!* dan mandi sore. Tapi ternyata.... toiletnya digembok dan gak tau siapa yang pegang kuncinya! aaarrrrghhhhh.
FYI: pas gue camping malam tahun baru itu tendanya rame dan toilet open 24hours.

*panik mode on*

Tanya sana sini pun gak ada hasil. Akhirnya setelah dibantu mas supir jeep (aku lupa namamu mas, maafkan hiks, yang aku ingat, wajahmu yang selalu nampak serius. apa karna nahan pup kali ya? whatevs...) kami diperbolehkan menggunakan toilet yang ada di bagian restoran hotel. Kayaknya sih ini toilet buat karyawan restoran but it's ok daripada gak ada sama sekali ya kan. Selesai bersih-bersih dan hari menjelang malam udara pun makin dingin kami segera mencari kayu bakar untuk api unggun dan ternyata nyari kayu kering itu susah karena habis hujan kayunya basah semua hiks.

Milky way yg gak berhasil ke-capture dan percikan api unggun yang fail

Lumayan sih ada kayu yang masih kering juga, walaupun apinya cuma sebentar lumayan buat sekedar menghangatkan badan. Selama kita main api unggun, kita juga mandang langit, mencoba nyari yang namanya milky way, tapi kayaknya dia lagi pergi sama pak RT makanya kita gak ngeliat. setelah foto-foto langit, yang hasilnya gajelas banget, dan udah bau asep, dan makin dingin karena katanya "awan udah turun", btw malam itu emang kita kayak di kerubungin asap, dan ternyata itu adalah awan, kita udahan main api unggunnya. Gak lama setelah api padam kami semua bergegas tidur karena harus bangun pukul 3 pagi untuk melihat sunrise dan membereskan tenda terlebih dahulu.

Pananjakan View Point

Sekitar pukul 3 gue bangun (padahal mah gak bisa tidur saking dinginnya) lalu membangunkan yang lain untuk segera bergegas. Dan dalam gelapun, kami mencoba membongkar tenda dengan pencahayaan secukupnya, untungnya bisa, walau gak serapih awalnya. hahaha...
Tenda sudah beres saatnya melanjutkan berburu sunrise. Perjalanan dari camping ground ke Pananjakan view point kurang lebih memakan waktu selama 1 jam (maklum lah yaaa). Gue pikir jam 4 pagi itu masih sepi tapi ternyata di parkiran pananjakan view point udah rame banget. Damn! Tau gitu camping deket pananjakan aja. Tapi menurut info dari mas supir area pananjakan gak boleh buat camping. jadilah karena udah rame, kita parkir agak jauh.
Orang-orang kota norak yang gak pernah liat sunrise di Gunung Bromo (termasuk gue sih)

Saking ramenya jadi gak bisa dapet spot bagus buat melihat sunrise. Mau foto pun banyak yang 'nyampah'. Terlebih lagi bule-bule yang notabene badannya setinggi tiang listrik juga gak mau ngalah liat sunrise sambil berdiri. Apa daya gue sebagai orang Indonesia yang bak kurcaci ini, makin gak keliatan aja pemandangannya. F*ck.
Dan berakhirlah, pemandangan indah sunrise jadi bulerise efek yang kita lihat cuma punggung dan pantat para bule dan tongsis-tongsis yang menunjuk ke langit. awalnya gue pikir mereka sama kaya gue, buat ngerekam sunrise karena gak keliatan secara langsung, tapi gak semua begitu. sebagian besar malah foto muka mereka yang mereka pikir seindah sunrise. (mungkin iya. lumayan sih, ada yang bening. hahaha)



Akhirnya setelah penantian panjang penuh usaha (yang kayaknya sia-sia) muncul juga matahari yang ditunggu-tunggu. Tapi ya tetep aja ketutupan bule-bule alay plus anak alay aseli endonesah yang norak bin super alay (sorry gue kzl banget nulis part ini). Lumayan sih dapet sedikit pemandangan sunrisenya yah walaupun lagi-lagi dibarengi dengan kabut dan gak bisa dapet foto yang kayak di google (coba search sunrise bromo). So I was expecting too much. Gak lama kemudian matahari mulai meninggi dan gue ngeyel pengen dapet foto Bromo yang kayak di google. Finally ketemu juga satu spot yang agak longgar buat ambil foto landscape Bromo tapi masih ada anak alay yang udah jauh-jauh ke Bromo tapi cuma foto selfie muka mereka doang. Duh.

Begini kira-kira adu bacotpercakapan gue sama mereka:
Hai, gantian dong
*dicuekin* *mulai kzl*
Halo~ kita juga mau ambil foto disitu
 *masih dicuekin, temennya yang motoin mulai gak enak*
"eh udah ayok gantian sama yg lain" kata anak yang motoin mereka
"biarin aja (trus apa lagi ya gue lupa, yg pasti omongan doi bikin gw gondok setengah idup lol)" kata anak alay yang manjat pager
Sumpah disitu putri dan beberapa temen gue adu pelototan sama alay cowo yang gak mau kalah
kalo kalian liat scene ini secara langsung, dan ada di pihak kita, mungkin pas baca ini kalian bisa ketawa bareng, karena muka sebagian mereka (terutama yang cewe) begitu ngeliat tatapan tajam putri dan kero yang udah kayak tatapan emak tiri, tapi tetep aja yang cowo gak mau kalah rasanya pengen banget gue dorong biar jatuh sekalian dan tak bisa bangkit lagi hahahaha.



Pada akhirnya kita (yang udah dewasa dan aseli anak kota, cailah...) menyerah dan milih turun. sebelum ke parkiran dan naik jeep, kita pada kelaperan dan mau makan mie, karena you know lah yaaa.. Dingin-dingin emang paling mantap makan mie instan paling terkenal seantero jagad yaitu in**mie. Sambil nunggu, ada pisang goreng yang keliatannya menggoda iman, dan kita makan juga. Disitu kita bikin kesalahan fatal yaitu lupa nanya harga sebelum makan. dan pas mau bayar, tadaaaaa... Seketika kami bengong kami kira harganya murah-murah kayak di Dieng, ternyata lumayan buat yang kantongnya emang tipis kaya gue dan temen-temen gue. Jadi guys, sebelum kalian makan di Bromo jangan lupa buat tanya harga terlebih dahulu ya.



Lautan Pasir dan Kawah Gunung Bromo


Lautan eek kuda pasir, gunung batok (pojok kanan), kawah Bromo (yang ada asapnya).

Lokasi kedua setelah Pananjakan view point yaitu Pasir berbisik dan kawah. Dari parkiran Jeep kami memutuskan untuk berjalan kaki di hamparan pasir yang bercampur eek kuda dimana-mana. Gue pikir dari parkiran ke kawah itu deket, ternyata alamak jauh binggo. Belum lagi harus naik anak tangga yang lumayan banyak, jangan tanya berapa banyak karena gue gak ngitungin haha. Selain banyak dan terjal saat itu tangga menuju surga kawah juga licin karena pasir akibat erupsi beberapa waktu lalu. Sesampainya diatas kawah terdengar suara 'gluduk gluduk' yang menandakan bahwa Bromo masih aktif setelah erupsi bikin parno sumpah, biasanya gak sesering itu bunyinya.Well actualy gue baru sadar saat ini (saat gue nulis artikel ini) kalau di tiket masuk ada cap "Jarak aman 1 KM dari kawah" karena pada saat itu status gunung Bromo masih "Waspada". Tapi banyak turis yang tetep nekat naik ke puncak, termasuk rombongan gue lol.



Gak berlama-lama kami disana (karena gue yang parnoan sih, yang lain mah asik aja pada foto-foto -_-) lalu kami turun untuk kembali ke parkiran Jeep. Oh, kalo kalian gak kuat jalan disana banyak kok yang menyewakan kuda dari dan sampai tangga/parkiran jeep. Ada yang menawarkan 25K untuk sampai ke tangga menuju puncak, ada yang juga yang menawarkan 5K IDR untuk sekedar foto dengan kuda. Well, menurut gue boleh lah kalian bantu perekonomian warga sekitar Bromo salah satunya dengan menyewa kuda mereka. Boleh nawar tapi jangan afgan ya hahah.



Bukit Teletubbies

Lanjut ke bukit Teletubbies dengan menggunakan Jeep yang memakan waktu perjalanan kurang lebih setengah jam dengan pemandangan yang ciamik abis walaupun tetep kejar-kejaran sama awan yang bergerak turun (bukan kabut tapi awan lho! ciyus) dan kondisi jalan yang bikin perut mual saking banyak jaglukan --ini bahasa kamus KBBI-nya apa ya haha. And finally Bukit Teletubbies yay! Ini lho bukit yang sering dijadikan backdrop prewedding. Karena emang pemandangannya bagus apalagi saat itu sehabis musim hujan dan rumput sedang hijau-hijaunya. It's soo romantic. Duh baper kan lol. Gak akan banyak cingcong untuk bagian ini, gue banyakin foto aja ya. Tiati bandwith killer ✌






Sekali-kali pose alay



Setelah selesai dari Bukit Teletubies kami langsung ke meeting point kami dengan pemilik Elf yaitu di gerbang masuk TNBTS. Ternyata mereka udah ready, tinggal jalan dan kami gak sempet bersih-bersih dulu. Iya, gue dkk belum mandi dari kemarin, gak gosok gigi pula lol. Jorok? Bodo amat, who cares. Modal tissue Detol aja buat lap muka 😂

Sesampainya kami di Probolinggo, sebelum melanjutkan perjalanan kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di warung dekat terminal (berbeda dengan warung sebelumnya). Harganya cukup pricey dan pemiliknya rasis! WTF. Ada bule yang dateng dan pesan setelah kami tapi dilayani lebih dulu padahal saat itu gue udah kelaperan hiks. Untungnya sih disini ada kamar mandi, jadi bisa sekalian bersih-bersih walaupun tetep gak mandi hihi.

Kayaknya postingan ini udah kepanjangan ya, lanjut next aja deh. Gak janji selesainya kapan tapi ya.
See you on the next post. Bhaaaay.
Previous
Next Post »

13 comments

Write comments
Saktya
AUTHOR
April 27, 2017 at 11:26 PM delete

rencana mau hiking ke bromo ni mbak dari Ranupani besok kisaran tanggal 14 Mei, kalau camping memang di deket Hotel Lava View itu ya? atau ada tempat lain? terima kasih banyak tulisannya sangat membantu :)

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
April 28, 2017 at 11:35 AM delete

Hi mba/mas Saktya thanks sudah mampir dan baca artikelnya :)
Saya biasanya di Bromo camp disitu karena ada MCK. Tapi fasilitas MCK ini gak dibuka tiap saat (terkahir kali camping disana karena rombongan cuma dua tenda aja jadi MCK nya di tutup. Waktu itu pas malam tahun baru karena banyak yg camping dibuka MCK nya. Banyak yang camping di lautan pasirnya itu sih, tapi kayanya bakal dingin banget dan ga ada air/toilet.

Reply
avatar
Saktya
AUTHOR
April 28, 2017 at 1:09 PM delete

ok baiklah, brarti boleh juga ya camp di lautan pasirnya, kalau boleh tau di sebelah mananya? mck bukan prioritas sih, yang penting tempatnya boleh/diizinkan untuk mendirikan tenda :D

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
May 2, 2017 at 4:29 PM delete

Iya boleh kok, banyak yg nyari lokasi yg agak bersandar ke bukit (biar gak banyak angin kali ya, ada juga yg deket gunung batoknya. Tapi saran saya sih mending jangan di lautan pasir kalo mau camping, karena pasti bakal dingin banget, brrr. Tempat yg udah pasti gak boleh di area pananjakan aja setau saya.

Reply
avatar
August 30, 2017 at 9:22 PM delete

Coba view sunrisenya dr bukit kingkong kak, at least g serame pananjakan 1. Anyway kak kalo dr tempat campingnya (yg dibelakang lava hotel), kalo mau langsung ke lautan pasir bisa ya? Jadi ga harus ke pananjakan dulu

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
August 31, 2017 at 10:54 AM delete

Wah baru tau ada spot Bukit Kingkong, tapi itu dimana ya? Siapa tau di kasih kesempatan buat ke Bromo lagi :D

Btw, kalo dari camping ground (belakang hotel lava view) bisa langsung ke lautan pasir jalan kaki juga bisa kalo kuat soalnya lumayan jalannya. Kalo males jalan banyak ojek motor yang nawarin kok, bahkan ada yg nawarin sampai ke kawah. Harganya di nego aja ^_^

Reply
avatar
matt shadowz
AUTHOR
October 30, 2017 at 12:42 PM delete

Terima kasih, mba, tulisannya sangat membantu, tadinya mau sewa hostel di cemoro lawang tapi karena baca artikel yang mba buat, jadi saya nge-camp aja hehehhehe. Di warung-warung gitu pasti ada kamar mandinya juga ya mbak? Selasa ini saya kesana buat BTS ultra sampai hari minggu. Barang kali ditutup toilet camp groundnya

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
November 2, 2017 at 9:54 AM delete

Sama2, senang bisa membantu :)

Iya sih pasti ada, tanya aja sama warga sekitar. Oh di depan pos tiket ada juga wc umum, cuma kalo dari camping ground agak jauh jalan kaki.

Reply
avatar
Erris
AUTHOR
December 28, 2017 at 3:22 PM delete

Hai mba meli, pas banget nih lg nyari info buat camping di bromo. Rencana gw ama suami mau ngecamp bulan feb tahun depan. Boleh kali mba bagi2 kontak yg nyewain jeep dan tendanya. Owh kl buat ke kawah/bukit teletubies bisa pake motor gx ya?

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
December 28, 2017 at 6:42 PM delete

Halo mba Erris! Mohon maaf nih saya kehilangan kontak yg nyewain jeep dan tenda krn hp saya ilang waktu itu hiks.
Tapi bisa di dm ybs via ig ya
https://www.instagram.com/bams_kriewoel/
Untuk ke kawah/bukit bisa naik motor tapi jalurnya gak semulus paha gilrband korea ya huehehe *garing*

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
January 21, 2019 at 10:30 AM delete

Mbak kalau ke lautan pasir boleh gak pakek seeda motor?

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
February 7, 2019 at 4:23 PM delete

Seingat saya sih ada yang pake sepeda motor tapi sepertinya itu ojek dari warga sekitar mengingat medan yang berpasir jadi harus pake motor khusus klai ya...

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
September 2, 2020 at 10:26 PM delete

Cerpennya cukup membantu mbak, mbak kalo mau camping di mana ya mbak yg bagus... Soalnya baru kali ini mau ke bromo dan camping.. Jadi buta buta ini mau kesana

Reply
avatar