Unexpected Bromo Part 3: Kawah, The Finale

Di perjalanan 'sesat' kami dalam mencari the most epic sunrise, ternyata banyak yang camping juga diatas bukit yang letaknya lebih kebelakang dari tenda kami. Bahkan ada yang jualan. Lumayan bisa nunggu sunrise sambil ngopi-ngopi dan makan mi dalam cup. Tapi gue dan Berry memilih untuk ngekor rombongan depan untuk tetap jalan dan lebih tersesat lagi. LOL.

Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di suatu tempat (yang entah itu dimana tapi dirasa bagus) buat liat sunrise. Saat itu masih gelap dan agak lama nunggu sunrisenya. Jadi kami berdua cuma bisa bengong sambil makan coklat dan memandangi pemandangan lampu Jeep yg menuju penanjakan dari kejauhan dan ternyata ada juga yang camping di Pasir Berbisik. Duh, yang di atas rumput aja dingin banget, apalagi yang diatas pasir :/

Ekspektasi (lagi)
Hari mulai terang, tapi gue gagal melihat the most epic sunrise. Cuaca saat itu tidak berkabut memang, tapi mendung sudah mendahului si sunrise, jadi si sunrise malu menampakan dirinya. Bad news number 9. Meskipun begitu pemandangan disini cukup bagus. Apalagi kalau kalian membawa kamera yang mumpuni.

A photo posted by メリヤンチナ (@meliyantina) on
Dan didalam foto ini adalah jamaah yang salah lokasi :v untuk lihat sunrise.

Sedikit kecewa karena gagal menangkap golden moment, akhirnya kami memilih untuk kembali ke tenda buat mengisi perut. Ya walaupun cuma roti 1 sobekan dan segelas kopi. Miris.

Setelah lumayan terganjal gue dan Berry langsung jalan kaki menuju kawah. Gila, jalan kaki lagi hahah. Di sepanjang perjalanan banyak tukang ojek menawarkan jasanya untuk megelilingi kawasan Gn. Bromo (Bukit Teletubies, Pasir Berbisik, Pure) dengan harga yang sama untuk ke pananjakan. Tapi atas dasar ngirit kami meneruskan jalan kaki. Perjalanan menuju kawah bromo memakan waktu sekitar setengah jam lebih melewati Pasir Berbisik. Melewati lembah dan mendaki gunung ternyata bukan hal yang mudah. Ini aja baru Bromo, belum Semeru atau Rinjani. Benar-benar payah hahah.


A photo posted by メリヤンチナ (@meliyantina) on



A photo posted by メリヤンチナ (@meliyantina) on

Akhirnya samapai juga di kaki kawah. Tapi ternyata perjuangan belum berhenti sampai disini karena untuk mencapai kawah masih harus menaiki anak tangga yang katanya ratusan (katanya..). Dan sialnya lagi karena udah terlalu siang sampai di kaki kawah naik tangganya ngantri. Ngantrinya udah kaya ngantri sembako/BLT.

A photo posted by Berry Puji Prayogi (@berrypuji) on

A video posted by Berry Puji Prayogi (@berrypuji) on

Benar-benar suatu tantangan buat naik ke kawah Bromo (lebay sih ini kayaknya), ya tapi gimana enggak, wong tangganya aja sempit dan orang-orang kebanyakan pada gak mau sabar ditambah penjual bunga di kanan kiri. Sampai diatas kawah pun harus ekstra hati-hati saking banyaknya massa di atas sana, kalau gak hati-hati kelar hidup lo.



Setelah puas foto-foto dan gak tahan lama-lama diatas karena belerang yang baunya menyengat, gak pake lama kami langsung ke bawah. Bukan ke bawah kawah ya. But, perjalanan ke bawah gak kalah menantangnya dengan perjalanan ke kawah. Pejalan kaki yang gak pake sewa kuda untuk ke atas harus berbagi jalan dengan para kuda-kuda tersebut. Kalo gak hati-hati, kena tapal kuda benjol pala berbi.

Tiba-tiba ada yang gelar konser didalam perut gue. Tapi tenang, banyak penjual makanan disini. Tapi untung-untungan, kalo kalian beruntung kalian bisa dapet warung yang makanannya enak. Tapi kalo engga, yaudah nikmatin aja daripada kelaperan. Dan gue termasuk orang yang tidak beruntung karena soto yang gue beli gak ada rasanya plus gak ada panas-panasnya sama sekali.

Sehabis makan kami melanjutkan perjalanan untuk beres-beres tenda dan pulang. Tapi gue udah gak kuat buat jalan kaki lagi. Jadi, gue putuskan untuk naik ojek ke camping ground. Berkurang lagi deh duit yang udah tipis banget di dompet. Sesampainya di camping ground gue gak melihat tanda-tanda kehidupan rombongan lain, mereka udah pulang semua. Kami juga bergegas untuk pulang tapi gue belum mandi selama 2 hari. Jangan bilang gue jorok karena air disini kayak air es. Gue paksakan buat mandi sebelum berangkat ke Malang walaupun airnya berasa nusuk-nusuk di tulang. Setelah selesai melipat tenda dan bersih-bersih kami langsung menuju pangkalan Elf dan gak pake lama Elf-nya langsung jalan.
Ojek dari Pasir Berbisik ke Camping Ground : 15.000IDR/ojek.
Elf : 40.000IDR

Elf-nya hanya mengantar kami sampai Terminal Bayuangga. Dari terminal harus naik bus lagi untuk menuju Malang. Ada bus AC dan Non Ac, gue pilih yang Non AC, tau kan alasannya hehe. Kalau gak salah tarifnya gak sampai 20.000IDR, tapi gue lupa berapa tepatnya. Jangan lupa minta abangnya mau ke arah stasiun Malang, apalagi kalau kalian buta daerah sana. Berdasarkan informasi abang kondektur kami diturunkan di Terminal Malang (gak tau namanya) lalu harus naik angkot menuju Stasiun Malang dan gue lupa itu angkot berapa nomernya.
Bus Probolinggo-Malang : 20000IDR
Angkot Terminal-Stasiun : 5000IDR

 Tepat pukul 3 kami sampai di stasiun Malang dan uang gue hilang lagi. Duh apes banget. Kereta Matarmaja kami berangkat pukul 17:00 dan akan sampai stasiun Pasar Senen pukul 09:45. Siapin pantat kalian kalau naik kereta ini, 17 jam perjalanannya. Dengan sampainya gue di Jakarta, berakhir pula petualangan yang banyak apesnya haha. But it's ok, trip kali ini bisa jadi pelajaran buat gue dan kalian semua yang mau ke Bromo. Okay sebagai penutup akan gue kasih saran kalau kalian mau ke Bromo untuk pertama kali.

Do's :
1. Booking ticket in advance. Kalian bisa booking tiket di situs-situs penyedia atau di minimarket terdekat 90 hari sebelum keberangkatan. Kalau kalian gak booking jauh-jauh hari maka siap-siap kehabisan tiket. Kecuali kalau kalian mau naik bus yang sepertinya lebih lama waktu tempuhnya.
2. Research research and research. Cari informasi sebanyak mungkin. You'll wont regret it.
3. Siapin uang yang cukup dikantong dan cukup di tabungan.
4. Kalau kalian mau camping jangan lupa bawa peralatan camping yang lengkap. Sleeping bag, matras, etc. Terutama logistik pangan.
5. Kalau kalian gak mau camping, cari rombongan buat share cost homestay. Homestay disana bisa ditawar.
6. Persiapkan fisik dan mental. Karena kita gak tau apa yang akan terjadi saat nge-trip

Don'ts:
1. Musim hujan adalah pilihan buruk ke Bromo. Kalian gak akan dapet epic sunrise maupun milky way kalo langitnya mendung. It's impossible.
2. Jangan malu untuk kenalan sama rombongan lain, siapa tau bisa diajak share cost.
3. Jangan taruh uang dalam jumlah besar dikantong celana. Lebih baik gunakan tas selempang kecil/tas pinggang untuk taruh uang.
4. Jangan sok-sokan mau jalan kalau fisik gak kuat.
5. Pepatah malu bertanya ada benernya, jadi kalau emang gak tau ya tanya orang.
6. Jangan ke Bromo pada saat peak season karena pasti penginapan penuh semua dan kalian gak mau kan naik ke kawahnya kayak ngantri sembako?

Sekian saran-saran dari gue. Kalau kalian mau menambahkan saran versi kalian, please comment below. Dan otak gue uda cukup terkuras buat ngetik artikel ini. So, see you next article. Jaa ne.
Previous
Next Post »