Hai, Nyonya, aku
kembali,
Ingin ungkapkan
sebagian perasaan yang kuterima dari kisah kemarin malam tentang dirimu,
Aku ingat
menuliskan tentangmu yang tak puas hati,
Kini aku mendengar
lagi, tentangmu, tentang bagaimana kau menyakiti yang lain lagi,
Kini seorang yang
telah kau racuni pikirannya, tentang Wanita itu,
Tersadar, dan
menceritakan bagaimana racun itu bisa merasukinya,
Oh Nyonya,
Entah kata apa yang
cocok untuk kisamu saat ini,
Kau sangat pintar
Nyonya,
Sungguh, kau
sangatlah pintar,
Aku kagum dengan
hatimu yang tak pernah puas itu,
Juga caramu untuk
menjatuhkan siapapun yang ada didepanmu,
Untuk mencapai
tempat tertinggi yang kau inginkan.
Sungguh Nyonya, aku
terkagum saat kau memakai topengmu,
Hingga sang
anak-anak tidak menyadari perbedaan warnamu.
Nyonya,
Aku merasa seperti
orang yang sangat mencintaimu,
Karena kau
membuatku menulis surat beberapa kali hanya untukmu,
Bahkan lebih sering
dari pada surat untuk “Cinta” ku yang sebenarnya.
Oh Nyonya, Nyonya,
Nyonya….
Apa lagi yang bisa
ku katakan padamu?
Kau sudah memiliki
segalanya nyonya,
Kepercayaan pun
sudah ada ditanganmu,
berbeda dengan Wanita itu, ataupun para senior dari
anak-anak yang masih jauh dari posisimu,
Tapi kenapa kau
seperti rela melepasnya,
Hanya untuk
menjatuhkan mereka?
Hanya untuk tampak lebih baik dibanding mereka?
Kau tak lebih baik
dari mereka,
Juga mereka yang
masih harus banyak belajar untuk mencapai posisimu.
Kenapa tak kau
lihat itu?
Dan masih ingin mencari kambing hitam untuk disalahkan,
Atas ketidak puasan
hatimu itu?
Kenapa masih kau
cari kesalahan orang lain,
Untuk kau ungkapkan
kepada semua orang lalu kau hancurkan?
Nyonya, tak kupaham
maksud perlakuanmu.
Sungguh,
Bila kau tak jadi
pergi, katakanlah,
Jika kau ingin
bertahan, ungkapkanlah.
Apa kau gengsi? Malu?
Dan merasa paling hebat
hingga orang harus berusaha menahanmu agar kau bertahan?
Apa kau
mengharapkan semua orang untuk terus memujimu dan hanya dirimu?
Nyonya,
Perhatian sudah kau
dapatkan, bahkan dari Kedua Sang Besar.
Lalu mengapa harus
menghancurkan orang lain,
Hanya untuk membuat
orang lain menganggapmu tinggi dan menahanmu dari kepergian?
Mengapa kau harus
menjatuhkan temanmu, untuk melangkah masuk kembali?
Mereka akan membuka pintu untukmu,
Mereka tak akan
menjegalmu,
Mereka juga tak
tertarik dengan kepemilikanmu.
Mungkin mereka
pernah menginginkannya,
Tapi tak juga
mereka berniat menjatuhkanmu dengan cara sepertimu.
Nyonya,
Mereka sangat kecewa
dengamu,
Mereka tersakiti
hatinya, dengan kata-katamu,
Dengan sikap dan
tingkahmu terhadap mereka.
Saat mereka
menyadari kebenaran dari kata beracunmu tentang Wanita itu,
Mereka tersadari
siapa kau sebenarnya,
Nyonya,
Kapan kau akan
berhenti?
Karena aku lelah
melihat orang-orang tersakiti,
Karena keserakahan
dan ketidak puasan hatimu.
Memang, aku tak
punya hak apapun untuk menghakimimu,
Dan aku juga tak
berniat melakukan itu,
Tapi seseorang
menjadi hancur karena mu,
Tersakiti dan
ternoda namanya, karena kata-katamu,
Yang mengambing
hitamkan mereka,
Yang membuat
seolah-olah mereka lah yang ingin menjatuhkanmu.
Betapa pintarnya
dirimu Nyonya,
Tapi lebih
bijaksana jika kau menggunakannya bukan untuk menjatuhkan.
Nyonya,
Sadarkah betapa
jahatnya dirimu?
Mungkin cermin akan
menjadi gelap karena pikiran jahatmu itu.
Atau mungkin kau
akan menghitamkan cermin tersebut karena menunjukkan siapa kau sebenarnya?
Nyonya,
Aku bukanlah
siapa-siapa,
Aku hanyalah orang
yang menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan oleh mereka.
Dan mereka hanya
ingin kau berhenti menjatuhkan orang lain,
Demi keegoisanmu
dan ketidak puasan hatimu.
Nyonya,
Jangan hitamkan
cermin itu, dengan kegelapan hatimu.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon