Surat Untuk Nyonya yang Tak Puas Hati (lagi)



Hai, Nyonya, aku kembali,
Ingin ungkapkan sebagian perasaan yang kuterima dari kisah kemarin malam tentang dirimu,
Aku ingat menuliskan tentangmu yang tak puas hati,
Kini aku mendengar lagi, tentangmu, tentang bagaimana kau menyakiti yang lain lagi,
Kini seorang yang telah kau racuni pikirannya, tentang Wanita itu,
Tersadar, dan menceritakan bagaimana racun itu bisa merasukinya,

Oh Nyonya,
Entah kata apa yang cocok untuk kisamu saat ini,
Kau sangat pintar Nyonya,
Sungguh, kau sangatlah pintar,
Aku kagum dengan hatimu yang tak pernah puas itu,
Juga caramu untuk menjatuhkan siapapun yang ada didepanmu,
Untuk mencapai tempat tertinggi yang kau inginkan.
Sungguh Nyonya, aku terkagum saat kau memakai topengmu,
Hingga sang anak-anak tidak menyadari perbedaan warnamu.

Nyonya,
Aku merasa seperti orang yang sangat mencintaimu,
Karena kau membuatku menulis surat beberapa kali hanya untukmu,
Bahkan lebih sering dari pada surat untuk “Cinta” ku yang sebenarnya.

Oh Nyonya, Nyonya, Nyonya….
Apa lagi yang bisa ku katakan padamu?
Kau sudah memiliki segalanya nyonya,
Kepercayaan pun sudah ada ditanganmu,
berbeda dengan Wanita itu, ataupun para senior dari anak-anak yang masih jauh dari posisimu,
Tapi kenapa kau seperti rela melepasnya,
Hanya untuk menjatuhkan mereka?
Hanya untuk tampak lebih baik dibanding mereka?
Kau tak lebih baik dari mereka,
Juga mereka yang masih harus banyak belajar untuk mencapai posisimu.
Kenapa tak kau lihat itu?
Dan masih ingin mencari kambing hitam untuk disalahkan,
Atas ketidak puasan hatimu itu?
Kenapa masih kau cari kesalahan orang lain,
Untuk kau ungkapkan kepada semua orang lalu kau hancurkan?
Nyonya, tak kupaham maksud perlakuanmu.
Sungguh,
Bila kau tak jadi pergi, katakanlah,
Jika kau ingin bertahan, ungkapkanlah.
Apa kau gengsi? Malu?
Dan merasa paling hebat hingga orang harus berusaha menahanmu agar kau bertahan?
Apa kau mengharapkan semua orang untuk terus memujimu dan hanya dirimu?

Nyonya,
Perhatian sudah kau dapatkan, bahkan dari Kedua Sang Besar.
Lalu mengapa harus menghancurkan orang lain,
Hanya untuk membuat orang lain menganggapmu tinggi dan menahanmu dari kepergian?
Mengapa kau harus menjatuhkan temanmu, untuk melangkah masuk kembali?
Mereka akan membuka pintu untukmu,
Mereka tak akan menjegalmu,
Mereka juga tak tertarik dengan kepemilikanmu.
Mungkin mereka pernah menginginkannya,
Tapi tak juga mereka berniat menjatuhkanmu dengan cara sepertimu.

Nyonya,
Mereka sangat kecewa dengamu,
Mereka tersakiti hatinya, dengan kata-katamu,
Dengan sikap dan tingkahmu terhadap mereka.
Saat mereka menyadari kebenaran dari kata beracunmu tentang Wanita itu,
Mereka tersadari siapa kau sebenarnya,

Nyonya,
Kapan kau akan berhenti?
Karena aku lelah melihat orang-orang tersakiti,
Karena keserakahan dan ketidak puasan hatimu.

Memang, aku tak punya hak apapun untuk menghakimimu,
Dan aku juga tak berniat melakukan itu,
Tapi seseorang menjadi hancur karena mu,
Tersakiti dan ternoda namanya, karena kata-katamu,
Yang mengambing hitamkan mereka,
Yang membuat seolah-olah mereka lah yang ingin menjatuhkanmu.

Betapa pintarnya dirimu Nyonya,
Tapi lebih bijaksana jika kau menggunakannya bukan untuk menjatuhkan.

Nyonya,
Sadarkah betapa jahatnya dirimu?
Mungkin cermin akan menjadi gelap karena pikiran jahatmu itu.
Atau mungkin kau akan menghitamkan cermin tersebut karena menunjukkan siapa kau sebenarnya?

Nyonya,
Aku bukanlah siapa-siapa,
Aku hanyalah orang yang menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan oleh mereka.
Dan mereka hanya ingin kau berhenti menjatuhkan orang lain,
Demi keegoisanmu dan ketidak puasan hatimu.

Nyonya,
Jangan hitamkan cermin itu, dengan kegelapan hatimu.
Previous
Next Post »