Sesuatu di Jogja

So here we go again. Setelah sekian lama gak traveling akhirnya bisa jalan lagi. Yah walaupun jalannya ke kampung halaman gue sendiri yaitu di Jogja. Tepatnya Gunungkidul.
Jadi awal mula kenapa bisa ke Jogja adalah waktu itu PT KAI lagi ada diskon yang bisa dibilang cukup menarik perhatian. Lumayan lah buat ke Jogja naik kereta eksekutif diskon sampai dengan 70%. Lalu kenapa Jogja? Simple sih, karena kebanyakan teman-teman gue kebanyakan belum pernah kesana.

Then.. karena selama ini gue ngetrip ala backpacker alias kere, di trip kali ini gue mau coba sedikit tidak menderita saking ngiritnya (lol) dengan berkeliling menggunakan mobil sewa mumpung kali ini ada yang bisa nyetir dan untuk menekan biaya penginapan kami semua menginap di rumah Mbah gue (teteup ya jiwa ngiritnya gak bisa hilang haha). Tapi di hari terakhir kami memutuskan untuk tidur di hostel agar dekat dengan stasiun.

Seperti biasa jauh-jauh hari sebelum keberangkatan gue dan yang lain membuat itinerary dan mencari tempat mana saja yang akan kami kunjungi. Kurang lebih seperti ini:

Day 1: Arrival. Eksplore Pantai Gunungkidul

  1. Mercusuar Baron
  2. Bukit Kosakora
  3. Pantai Drini
  4. Pantai Krakal
  5. Pantai Indrayanti

Day 2: Eksplore Dlingo/Patuk

  1. Bukit Panguk Kediwung
  2. Puncak Becici
  3. Hutan Pinus Mangunan
  4. Gunung Api Purba
  5. Embung Nglanggeran

Day 3: Eksplore Candi Prambanan dan Sekitar

  1. Candi Abang
  2. Candi Prambanan
  3. Candi Ratu Boko

Day 4: City Explore, Kembali ke Jakarta

  1. Keraton
  2. Taman Sari + Sumur Gumuling
  3.  Benteng Vredeburg
  4. Malioboro
Tapi ya namanya rencana manusia kan hanya bisa menentukan, kalau Tuhan berkehendak lain mau dikata apalagi. Walaupun udah arrange jadwal segitu apiknya ada aja hal-hal yang diluar rencana. Mulai dari hari pertama, everything went wrong. Bahkan sebelum perjalanan dimulai udah drama duluan. Mulai dari driver utama kita yang tiba-tiba bimbang untuk ikut atau engga karena ada masalah pribadi dengan salah satu anggota trip, yang sakit lah, yang tiba-tiba mobil gak sesuai dengan yang kita pesan lah, etc. Tapi saat itu gue masih coba untuk berpikir positif.

Day 1

Gue salah. Bahkan hari pertama udah mulai tidak nyaman satu sama lain. Terlalu banyak kekacauan pada saat itu. Pertama kali menginjakan kaki di Stasiun Tugu dan kontakan dengan pemilik rental mobil, dia bilang bahwa mobil yang kami pesan sudah habis (like.. what? kita udah booking jauh-jauh hari padahal) jadi terpaksa kami menyewa jenis mobil lain yang sedikit lebih mahal. Lalu karena salah anggota trip ada yang demam jadi gue putuskan untuk beristirahat sedikit lebih lama dirumah dengan kata lain rencana perjalanan berubah. Yang rencananya mengunjungi 4 pantai tapi hanya bisa ke pantai drini karena udah terlalu sore. Yah.. lumayan deh dapet sunset and they were fine.

pantai drini allabovemyhead
Pantai Drini



Untuk menebus rasa kecewa, setelah dari Pantai Drini gue menyarankan untuk langsung ke Bukit Bintang di daerah Patuk. Di Bukit Bintang ini banyak warung makan yang menyuguhkan pemandangan indah lampu-lampu kota di Jogja. Well, cukup romantis juga dan cuaca saat itu cukup dingin.




Day 2

Keesokan harinya, lagi-lagi rencana berubah total karena anggota trip yang menjadi driver utama kami memutuskan untuk menginap di rumah mbah-nya sendiri (rumah mbah gue dan mbah dia berdekatan, hanya beda kampung) jadi karena takutnya ybs gak bisa bangun pagi akhirnya diputuskan hari kedua akan mengunjungi candi-candi. Hari kedua pun gak luput dari yang namanya ngaret. Ngaret bukan karena gak bisa bangun pagi, tapi ngaret karena pagi-paginya harus masak sendiri, maklum Mbah gue tinggal sendiri jadi gak ada yang masakin buat gue dan teman-teman.

Karena kami berangkat juga sudah terlalu siang, kami langsung ke Candi Prambanan. HTM Rp.40,000,- untuk turis lokal dan Rp.250.000,- untuk turis mancanegara. Gak usah panjang lebar lah ya gue jelasin tentang Candi Prambanan ini, banyak di google kok hehe.Tapi sedikit tips dari gue yaitu kalau kalian mau foto-foto usahakan jangan datang pas weekend walaupun weekdays pun juga ramai sih. Yang terpenting lagi, kompleks Candi Prambanan itu cukup luas, selain candi utama (yang 3 besar) disekitarnya juga ada beberapa candi lain salah satunya kompleks Candi Sewu dan di Candi Sewu ini lebih sepi.



Tempat selanjutnya setelah Candi Prambanan adalah Candi Ratu Boko yang letaknya tidak terlalu jauh dari Candi Prambanan, sekitar 15 menit menggunakan mobil. Atau bisa juga beli tiket terusan dari Candi Prambanan dengan menggunakan shuttle bus. Tapi tiket terusan ini dijual hanya sampai jam 2 siang.

Sesampainya di Candi Ratu Boko cuaca sangat tidak mendukung untuk mendapatkan sunset yang ciamik kayak di foto-foto yang ada di google. Gue gak mengeksplore Candi Ratu Boko ini terlalu dalam karena sudah sangat mendung dan hanya mengambil beberapa foto seadanya dan benar saja gak lama kemudian hujan turun deras banget. Menurut papan informasi yang gue baca sekilas di loket, kalian bisa sewa guide Rp.100.000,- untuk satu grup (lupa tepatnya). HTM Candi Ratu Boko Rp.40.000-


Setelah dari candi-candi karena sudah terlalu malam gue memutuskan untuk langsung pulang, kasian mbah kalau nanti pulang tengah malam harus kebangun karena bukain pintu buat kami. Tapi ternyata ada beberapa teman yang sebenarnya tidak mau pulang dulu. Mereka masih ingin menikmati suasana kota Jogja di malam hari. I wished they understand, rumah mbah gue itu dikampung yang kalau habis maghrib pun udah sepi, lagipula kasian mbah gue kalau sampai kebangun tengah malam. Dan perbedaan pendapat ini menjadi percikan-percikan masalah lain di trip kali ini.

Day 3

The worst day has come. Rencana hari ini adalah mengejar sunrise di Bukit Panguk Kediwung. Hari terburuk dari yang terburuk. Mulai dari semua ngerasa bete karena nyasar ke jalan kecil (well, I can say it wasn't my fault, gue belum pernah ke Bukit Kediwung sebelumnya dan jalan utama ke Bukit itu ternyata sedang direnovasi alhasil gue cuma mengandalkan Google Maps dan bertanya ke orang sekitar). I feel like everybody was blaming on me. Huft. Karena hari sudah mulai terang dan yang lain suasana hatinya sedang kesal maka diputuskan untuk skip Bukit Panguk lalu melipir di Kebun Buah Mangunan.

Kebun Buah Mangunan
 
Di Kebun Buah Mangunan tidak diberlakukan retribusi tetapi disediakan kotak kecil seperti kotak amal yang bisa kalian isi se-ikhlasnya. Sebetulnya sempat bingung juga sih, namanya kebun buah tapi sejauh mata melihat gak keliatan kebun buahnya dimana. Landscape tempat ini adalah jurang dengan view sungai dibawahnya yang kalau pagi-pagi berubah menjadi sungai kabut. Akhir-akhir ini warga sekitar banyak menambahkan ornamen-ornamen yang bisa digunakan pengunjung untuk  berfoto.



Hutan Pinus

Tidak jauh dari Kebun Buah Mangunan ada hutan pinus yang juga ramai dikunjungi wisatawan. Untuk mengaksesnya cukup mudah karena tanda jalan yang cukup jelas. Tapi kondisi sebagian jalan masih berbatu dan terdapat tanjakan curam. Kawasan hutan pinus ini cukup luas sehingga terbagi-bagi menjadi beberapa wilayah seperti area theater, area camping, etc. Area yang paling umum dikunjungi adalah area utama yang isinya hutan pinus (yaiyalah) dan di area bagian belakang hutan pinus ada menara untuk melihat-lihat kawasan hutan pinus dari ketinggian. Selain itu ada juga kebun bunga yang cukup instagramable.
Hutan pinus ini juga sering dijadikan tempat untuk foto prewedding, tentunya dengan tarif yang berbeda dari harga tiket umum ya. Harga tiket masuk ke kawasan ini hanya Rp2,500,- sajaa~




Laura's Backpacker Hostel di Dekat Malioboro

Malam harinya kami semua bergegas ke Jogja untuk menikmati kota Jogja di malam hari dan sengaja mencari hostel yang dekat dengan Malioboro, yaitu Laura's Backpacker. Untuk menemukan hostel ini agak tricky karena letaknya di dalam gang. Lokasinya tidak jauh dari stasiun Lempuyangan, kalau kalian jalan kaki dari stasiun, keluar stasiun ambil ke arah kanan dan di tikungan ada gang, nah masuk deh kesitu. Laura's Hostel ini bangunannya seperti rumah warga pada umumnya. Untuk kamar laki-laki terletak di satu rumah yang digabung dengan front office, sedangkan untuk perempuan ada di rumah lainnya yang berjarak sekitar 3-4 rumah dari rumah utama. Tapi jika kalian datang rombongan (perempuan dan laki-laki) bisa request untuk ditempatkan di satu kamar. Semua kamar di Laura's adalah dormitory dan shared bathroom ya gaes.

Harga permalam disini Rp95,000-/bed/night. Tapi dengan harga segitu kalian sudah bisa mendapatkan breakfast dan dinner. MURCE CIYN. Pada malam saat gue menginap disana dinnernya pasta dengan sambal matah dan tuna (mungkin karena sebagian besar yang menginap disini bule kali ya) dan yang lebih awsem lagi boleh nambah selama persediaan masih ada karena konsep dapurnya adalah open kitchen, jadi kalian bisa sambil makan bisa sambil mingle dengan sesama penghuni, sekalian cari jodoh sok aelah hahah. Hemat banget kan jadinya, makasi banget buat tante yang masakin :* Sayangnya untuk breakfast gak freeflow makanannya but it's still okay.

Dari Laura's Hostel ke Malioboro jalannya gak gitu jauh, sekitar 10 menit lewat gang perumahan warga abis itu nembusnya langsung ke jalan Malioboro. Well, sebenarnya gue udah sering banget ke Malioboro, hanya saja beberapa teman belum pernah kesini dan sekalian mereka mau beli oleh-oleh untuk keluarga dirumah.

Keraton, Taman Sari, dan Sumur Gumuling

Keesokan harinya, karena kereta kami ke Jakarta pukul 4 sore, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Malioboro (lagi) dan lanjut ke Keraton Yogyakarta serta Taman Sari dengan berjalan kaki lagi berbekal peta hahah. Jaraknya tidak begitu jauh tapi cukup membuat kaki pegal-pegal, kalau kalian punya budget lebih sebaiknya gunakan jasa becak.

Keraton Yogyakarta yang kami kunjungi bukan merupakan tempat tinggal Sultan beserta keluarganya, isinya hanya museum yang menggambarkan silsilah keluarga keraton serta patung-patung berbaju adat. Di area depan keraton terdapat alun-alun yang dikenal sebagai alun-alun utara, bukan yang selatan ya.



Setelah puas mengelilingi keraton kami melanjutkan jalan kaki ke Taman Sari. Jadi dulunya Taman Sari ini adalah pemandian putri-putri raja tapi sekarang sudah beralih fungsi menjadi wisata budaya. Di dalam komplek Taman Sari ini terdapat sumur yang terkenal banget karena instragamble yaitu sumur Gumuling. Untuk mencapai sumur itu juga tricky banget karena harus melewati gang-gang rumah warga. Agar tidak tersesat kalian bisa menggunakan jasa guide yang super ramah, tapi karena kami malu bertanya untuk menggunakan jasa guide tersebut berbayar atau tidak jadi kami hanya mengikuti rombongan tour lain (ini jangan ditiru pemirsah!).



Sesampainya di Sumur Gumuling ternyata spot yang terkenal itu sudah banyaaaaaak banget yang antri! Akhirnya karena hilang mood kami menyerah dan sudah cukup untuk kami dengan hanya melihat-lihat. Setelah itu karena lapar kami bergegas mencari makan dan kembali ke hostel untuk mengambil carrier kami yang kami titipkan disana lalu bergegas ke stasiun Lempuyangan.



Bisa dibilang perjalanan kali ini adalah perjalanan paling gagal yang pernah gue arrange. Banyak faktor, banyak kejadian, banyak hal yang membuat gue sempat down. Grounded. Like.. to the hell. I was blaming my self (eventhough now I'm thinking it wasn't my fault) dan gue merasa tidak ada yang peduli dengan keadaan yang chaos seperti itu. Everybody like mind their own bussiness padahal kita jalan sama-sama. Pada saat itu udah gak bisa kebendung lagi. Karena memang dari awal suasananya udah gak enak, ditambah lagi gak berjalan sesuai rencana awal. Gue mau mereka senang-senang, bukan bete-betean. Gue mau semuanya have fun, gak ada yang mengeluh, gak ada yang kecewa dan menyesal udah ikut trip ini. Tapi apa daya, manusia hanya bisa berencana tapi Tuhan yang menentukan.

My advices to you guys, apapun yang terjadi ketika kalian pergi berkelompok, please kesampingkan ego kalian. Marah itu wajar, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menyelesaikan masalah daripada bete-betean kan? Kedua, jika bertamu di rumah orang (apalagi di desa) jangan seenak udel. Kata pepatah: di mana kaki berpijak, disitu langit dijunjung. That's all.

See ya at another trip!

-Jogja, OKT 17
Previous
Next Post »