My First and My Only Summit (Gunung Prau)

Gak pernah terlintas di pikiran bahwa gue bisa summit di Prau. Bahkan untuk naik gunung pun gak pernah ngebayangin. Berkat ajakan salah satu teman kantor (Kak Dini) akhirnya gue memutuskan untuk ikut ke Gunung Prau karena katanya Gunung Prau merupakan salah satu gunung yang cocok untuk pemula, jadi gue pede aja deh tuh iyain ajakan Kak Dini lol.

Berangkat dari kantor bawa keril segede gaban otomatis jadi perhatian orang-orang kantor. Banyak deh tuh yang tanya "Mau naik gunung Mel?" lalu gue jawab dengan bangganya "Iya dong" padahal saat itu masih awam dan bahkan gatau medan di Prau kaya apa hahah. Dari kantor menuju ke stasiun Pasar Minggu lalu lanjut ke stasiun Pasar Senen untuk naik kereta menuju Kutoarjo karena mau mampir ke rumah salah satu rombongan yaitu Mas David. Dari Kutoarjo kami melanjutkan perjalanan ke Dieng menggunakan mobil Mas David sekitar 3-4jam perjalanan.



Kami melakukan pendakian melalui Kalilembu, arahnya sama dengan jika kalian mau ke kawasan wisata Dieng tinggal ikuti petunjuk jalan aja, gak sulit dicari tapi jalannya lumayan curam dan sempit. Sesampainya di pos awal kami membagikan logistik agar beban terbagi rata dan sebagian lainnya mengurus retribusi (Rp10,000,- kalau gak salah). Bukan simaksi lho ini, banyak orang yang salah kaprah dengan simaksi dan retribusi.Setelah selesai dengan segala macam urusan kami langsung memulai perjalanan yang melewati kebun warga dan menggunakan tangga. OH I REALLY HATE STAIRS.

Jalur Pendakian Prau

Baru sampai di penghujung tangga kebun ternyata tenaga gue sudah habis lol. Karena sebelumnya gue gak pernah olahraga dan bermodal kepercayaan diri yang sotoy jadinya baru sebentar udah ngos-ngosan hahah. Sempat berhenti sejenak tapi malu juga sih sama bapak-bapak warga lokal yang dengan kuatnya bawa tumpukan kayu dari bawah keatas tanpa berhenti, ya karena dia udah terbiasa juga kali ya. Tak lama kami melanjutkan perjalanan, medan belum terlalu sulit karena banyak jalan landai (saat itu masih pede walau punggung udah berasa kayak kebakar anjir hahah) hanya berhenti sesekali untuk ngemil dan minum.



Penyiksaan sesungguhnya baru dimulai ketika medan berubah menjadi tanjakan-tanjakan ketika lutut ketemu perut ditambah hujan mulai turun rintik-rintik dan ternyata cukup lebat, tapi herannya salah satu rombongan (lupa euy nama mas-nya) dengan santainya dia cuma pake payung cantik, wtf -_-
Saat itu gue udah merasa sangat sangat sangat lelah tapi omongan-omongan temen serombongan yang bilang "dikit lagi sampe" gue berusaha menguatkan diri walau sebenernya gue merasa dibohongi karena ternyata sesungguhnya perjalanan masih sangat jauh. Ya, itu cara mereka untuk menyemangati sih, tapi buat gue sekarang itu semua bullshit wkwk.

Karena gue yang lelet gara-gara kehabisan tenaga waktu perkiraan untuk sampai di tempat camping jauh lebih lama dari waktu normal dan hari sudah mulai gelap. Harusnya 3-4 jam sudah sampai, tapi ini jadi 5 jam hahah (maafkan aku ya manteman).  Kami langsung bergegas membangun tenda karena hujan tambah deras dan sialnya lagi gue meriang, merindukan kasih sayang. Tiba-tiba kepala gue sakit banget, gue khawatir hypo tapi untungnya bukan. Cuma syok aja sepertinya. Untung tenda udah jadi dan teman-teman serombongan peka dan cekatan. Beruntung banget dapet pergi sama mereka yang care gue diurusin banget dan dipinjemin jaket yang lebih tebal sama Dedew, luv ya guys. Akhirnya malam itu gue tepar dan gak ikutan masak, heheh maap ya gaes.





Pagi harinya kami semua menuju puncak gemilang cahaya (jangan nyanyi!) untuk melihat sunrise. Jaraknya masih sekitar 15 menit dari tenda kami dan masih harus menanjak, disini gue mulai merasakan kaki gue gak beres.Sesampainya di puncak, wah luar biasa viewnya dan dinginnya cuaca disana, padahal musim hujan apalagi kalau musim kemarau dengar-dengar bisa sampai minus suhunya. Tapi semua lelah terbayar ketika semburat matahari mulai muncul. Amazing! 





Tak lama kabut turun dan kami kembali ke tenda untuk memasak sarapan lalu setelah sarapan membereskan tenda lalu turun untuk kembali ke Jakarta. Cuaca kala itu sangat tidak bersahabat. Hujan turun dan membuat beberapa track licin. Ternyata lebih sulit untuk turun ketimbang untuk naik. Perjalanan naik kendalanya hanya rasa lelah, sedangkan untuk turun gue harus menahan beban dan rasa sakit di lutut gue ditambah gue sering jatuh karena track yang licin. Duh, jadi gak enak sama yang lain karena jadi tambah lama lagi. Berasa udah kayak jompo yang harus dituntun kalo jalan lol.



Tapi lagi-lagi berkat mereka yang ngopeni kalo kata orang jawa bilang, gue banyak sekali terbantu. Salah satu dari mereka duluan ke basecamp lalu balik lagi untuk bantuin bawa keril akuuuh. Terharu hiks T^T makasi lho masnya. Sesampainya di basecamp, karena badan penuh lumpur langsung ngantri untuk mandi. Then setelah selesai segala macam kami langsung mengejar waktu ke Kutoarjo dan mengembalikan mobil ke keluarga Mas David dan numpang makan tentunya hahah.



That's all about my experience at Prau. Such a lifetime achievment for me walaupun bilang kapok dan gak mau lagi. Tapi mungkin kalau gue banyak olahraga dan latihan bisa aja kesana lagi ya heheh. Saat ini lebih suka camping yang gak harus nanjak-nanjak dulu deh :D
Previous
Next Post »

4 comments

Write comments
Echo Mulya
AUTHOR
March 24, 2019 at 4:50 PM delete

Terima kasih sudah berbagi cerita 😉

Reply
avatar
felita
AUTHOR
May 1, 2019 at 5:52 PM delete

good review meli, gambarnya bagus, tulisannya meli banget

Reply
avatar
felita
AUTHOR
May 1, 2019 at 5:53 PM delete

lanjutkan mel, nulis pengalaman traveling, khususnya pas kita ke Dieng

Reply
avatar
Meliyantina
AUTHOR
May 3, 2019 at 9:52 AM delete

Ditunggu yak, aku masih punya banyak utang nulis nih hahah

Reply
avatar