Gak heran jika Da Lat disebut sebagai Le Petit Paris (Paris mini) karena selain udaranya yang sejuk tapi cerah, rumah-rumah di pusat kota Da Lat juga bernuansa Parisian plus bunga-bunga di sepanjang jalan. Tak lama berjalan, gue menemukan penjual gorengan (yang pastinya ala Da Lat). Harganya lumayan murah, hanya 5000VND/pcs untuk pisang/ubi goreng. Lumayan buat ngisi tenaga sebelum nemu makanan berat lainnya. Sayangnya si penjual gak bisa bahasa Inggris dan gorengannya gak sempet di foto :(
Beberapa menit kemudian gue melihat sebuah rumah makan yang memajang daging ayam utuh dan beberapa potong pork. Saat itu yang terlintas dipikiran gue adalah: "OH GOD, FINALLY AYAAAM" hahaha. Yah walaupun gue tau belum tentu proses penyembelihannya halal atau enggak, tapi seenggaknya bukan pork yang gue makan karena gue alergi.
Di bagian depan rumah makan tersebut tertulis cơm gà (35.000VND) artinya nasi ayam (google translate). Gue bergegas ke dalam warung makan tersebut dan untungnya si ibu penjual bisa bahasa Inggris dikit-dikit walau di mix sama bahasa tarzan hihi.Gak nunggu lama akhirnya pesanan gue dateng juga. Awalnya, gue pikir pas pesan nasi ayam cuma nasi ayam yg keluar. Ternyata, ada beberapa pelengkap lainnya seperti sayur (mirip sayur asem rasanya) plus aneka lalapan gitu deh. Minumnya free juga tapi gelasnya kecil banget dan bukan cuma air putih(bening) yang biasa kita minum melainkan teh arthicoke. Teh arthicoke ini khas Da Lat lho guys, jadi kalo ke Da Lat jangan lupa cobain teh ini. Rasanya kaya teh vanila gitu deh, diminum tanpa gula pun juga enak.
Nasi Ayam beserta lalapan dan sup pendamping |
Keesokan paginya gue bersiap untuk kembali ke Ho chi Minh. Pukul 8 van dari perusahaan bus yang gue tumpangi pun sudah sampai di depan hostel gue (bus Phoung Trang ini memang menyediakan fasilitas antar jemput gratis. Gak lupa gue pamit sama pemilik (Mr. Vu) dan
Mr. Vu (tengah) pemilik Dalat Backpacker Hostel |
Jarak dari hostel ke pool bus hanya sekitar 5 menitan (pake mobil lho ya, bukan jalan kaki). Gue sampai lebih awal dan bus yang akan gue tumpangi belum ready. Service disini bagus lho, sambil menunggu bus stewardess-nya mengantarkan dua gelas arthicoke tea dan doi bilang boleh refill. Ya kalo di Indonesia sih pool bus-nya juga menyediakan minum tapi ambil sendiri, gak dianter kaya disini.
Teh Artichoke |
Tips: Sebelum check out pastikan paspor sudah kalian simpan ya guys, karena kebanyakan penginapan di Vietnam menggunakan paspor sebagai jaminan.
Suasana dalam pool bus |
Sore harinya setelah menempuh perjalanan selama 8 jam gue ke hotel di daerah De Tham street (masih kawasan Pham Ngu Lao) yang sudah gue booking sebelumnya via booking.com. Nah, disini gue mencoba pengalaman baru tidur di hotel yang kamarnya tipe bunk bed alias kaya asrama. Harganya lumayan murah, 100.000VND/bed per malamnya. Tapi kalau mau pake handuk dan gembok buat loker tambah lagi deposit masing-masing 50.000VND dan uang deposit ini akan dikembalikan saat kita check out. Keuntungannya tidur di kamar tipe ini kalian bisa ketemu temen baru dari negara lain. Disini gue ketemu cewe Malaysia, namanya Shirley dan doi ini pengalaman backpackernya sudah lebih banyak daripada gue, dia udah singgah di banyak negara lho. I wish I could be like her.
Malam harinya gue cari makan di sekitar hotel. Di Pham Ngu Lao ini ternyata kalo malem rame banget. Banyak bar dan restoran yang menyetel musik kencang untuk menarik pengunjung dan disini gue disangka pinay (cewe filipin) lol. Karena bingung mau makan apa akhirnya gue dan Mba In memutuskan untuk makan hidangan India. Restoran yang gue singgahi ini ternyata the most popular Indian Restaurant di Pham Ngu Lao street dan selalu waiting list. Beruntung saat gue dateng ada yang udah selesai dan langsung dapet duduk. Fyi, nama restorannya Baba's Kitchen. Saat itu gue pesen Briyani rice with chicken, harganya 90.000VND (free air putih yang selalu di refill sama waitressnya meskipun di gelas airnya belum habis). Gue kira porsinya kecil, ternyata pas dateng alamak banyak banget, tau gitu pesen satu buat berdua aja, lumayan kan hemat juga. Oh iya, pemilik restorannya juga rajin menyapa costumer lho dan tanya enak atau enggaknya makanan mereka (meskipun ini agak annoying buat gue) dan doi bisa bahasa melayu.
Rice Pudding yg bikin ketagihan |
Setelah mendapatkan paspor gue melanjutkan jalan-jalan singkat di Ho Chi Minh, tadinya sih mau ke Chu Chi Tunnels tapi karena uangnya gak cukup ya gak jadi hahah. Sempet browsing sih cara ke Chu Chi Tunnels tanpa tour tapi tetep aja kurang duitnya lol. Jadilah seharian itu kita muter-muter di tempat yang gratisan aja :v
1. Ben Thanh Market
Ben Thanh Market (via travelfish.org) |
2. Saigon Notre Dame Basilica
Kalau yang ini adalah gereja yang cukup tua di Saigon (apa tertua ya, gak tau detailnya hehe). Tapi sayang tempat ini tertutup saat gue kunjungi dan cuma bisa lihat arsitekturnya dari luar aja. Di tempat ini juga sering buat lokasi prewedding ternyata.
3. Saigon Central Post Office
Nah bangunan ini letaknya ada di sebrang katedral. Did you know? arstitektur Saigon Central Post Office adalah orang yang sama dengan orang yang merancang menara Eiffel. Meskipun kantor pos ini merupakan kantor pos tertua di Saigon tapi masih berfungsi sampai sekarang. Bukan hanya kegiatan pos aja, tapi kalian juga bisa beli tiket tour dan tiket teater disini atau cuma masuk untuk sekedar foto pun boleh kok :)
Udah, itu aja tempat yang gue datengin di Ho Chi Minh city hehe. Gak banyak karena udah capek duluan dan gue berkunjung ke tiga tempat itu dengan berjalan kaki. Tips: hati-hati saat menyebrang jalan karena di Saigon ini gak kalah ruwet dengan Jakarta, malah lebih parah pengendara motornya. Semrawut banget. Jangan lupa tengok kiri dulu baru kanan karena mereka mengendarai di sisi kanan (kebalikan Indonesia).
Pas makan siang sempet bingung mau makan apa, masa mi lagi? Sebenernya ada Subway sih, tapi lagi kangen nasi jadilah kita ke KFC. You know what? Saus di KFC ini aneh dan gak ada chilli sauce. Hiks.
Saus KFC yang gak bikin selera |
Makan malamnya gue janjian dengan Shirley, si cewe Malaysia room mate gue. Awalnya gue pikir doi banyak duit eh ternyata sama kerenya :v Baguslah jadi gue jadi enak ngajak dia nyari makan yang murah-murah. Sambil jalan kami cerita ngalor-ngidul dari bagaimana ditentangnya kami untuk travelling terlebih lagi sama keluarga dan pacar sampai ngobrolin hal random dan gak lupa selfie bareng. Lol, ternyata ada juga yang nasibnya sama kaya gue hahah. Akhirnya setelah berjalan agak lama, ada tempat makan yang eyecatching (buat gue), sebenernya tokonya biasa aja. Yang bikin eyecatching adalah menunya ayam dan harganya 15.000VND satu porsi! OMG bahagianya *nangis terharu*. Makanannya sih ketan sama ayam suwir gitu plus acar lobak dan cabe rawit (kayak lemper tapi gak dibungkus daun pisang), lumayan lah bisa bikin kenyang dengan harga murah meriah hahaha. Posisi tempat makan ini gue agak lupa, yang jelas waktu itu gue jalan menyusuri bagian luar ben than market trus belok kiri gak jauh (dan sepertinya ini area perkantoran).
Lemper yang bukan lemper. Itu acar lobaknya enak bgt |
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon