Surat Untuk Tuan yang Berlindung Dibalik "Surat:..."

Hai Tuan,

Mungkin aku terlalu lancang memanggil kalian dengan kata "Hai,"
karena jika aku berada dilingkungan kalian, aku harus menunduk, mencium tangan kalian, dan mengatakan "sapaan" seperti yang kalian selalu ucapkan di setiap awal kalian jumpa dengan yang kalian pikir "sesama" kalian.

"Salam"
Aku bukan orang yang terlalu paham dengan ajaran yang selalu kalian banggakan,
tapi setidaknya aku cukup tahu mana yang benar mana yang salah.

Tuan,
Aku akan minta maaf sebelumnya jika aku terkesan sok tahu,
Namun aku tidak menggurui siapapun


Tuan yang (ingin) dihormati,
Kalian adalah panutan banyak orang karena pengetahuan kalian yang melebihi kami
Kalian adalah orang yang sangat patut diikuti karena perkataan kalian yang masih lebih banyak benar dibanding kami,
Kalian adalah pengajar kami yang harus didengarkan dan di turuti.

Tuan yang (harusnya) dicintai,
Aku disini merasa resah karena ulah kalian,
mengatasnamakan pengetahuan kalian untuk mencibir orang lain, pengetahuan orang lain dan kepercayaan orang lain,

Aku disini merasa gelisah karena, aku tak ingin kalian semakin dihina karena ulah kalian sendiri, yang mengatakan kebenaran, namun tidak dengan suara yang benar.


Oh wahai Tuan Tuan yang (sebenarnya) sangat pintar,
Pengetahuanku bukanlah apa-apa dibanding kalian,
namun aku tahu, aku tidak seharusnya menggunakan kedok "kepercayaanku" hanya untuk menghina "kepercayaan" orang lain,


Keimananku memang jauh tak sebanding dengan kalian,
namun aku tahu bahwa menghina keimanan orang lain pun bukan hak diriku untuk melakukannya.
bukankah keimanan seseorang hanya menjadi tanggung jawab orang tersebut dengan Tuhannya?
lalu mengapa kalian menggunakan "hal" itu hanya karena mereka tidak sependapat dengan kalian?
Mereka berdosa, aku berdosa, lalu apa kalian tidak berdosa hingga kalian bisa seenaknya meninggalkan kami begitu saja hanya karena kami berbeda dalam pilihan?

Tuan yang Berbudi hatinya,
Maafkan kami yang berbeda, namun jangan biarkan perbedaan ini malah menghancurkan kita,
malah menelantarkan tugas utama kita untuk menjaga apa yang Tuhan telah berikan kepada kita,
dan melalaikan kewajiban kita sebagai sesama orang yang memiliki "kepercayaan" yang sama.

Tuan yang sangat beriman di hatinya,
Kami memang hanya orang yang masih belajar karena pengetahuan kami tentang apa yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul kami masih banyak yang belum kami ketahui.
Tapi jangan hanya karena kami berfikir, hanya menggunakan logika kami dan juga bukti nyata yang kami rasakan selama kami hidup di kota ini menjadikan kami sebagai orang yang tidak pantas mendapatkan "perhatian" kalian,
bahkan mayat kami pun masih membutuhkan "perhatian" kalian.

Tuan Tuan yang (maha) mengetahui
tolonglah buka mata kalian dengan apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
aku bukanlah orang yang benar,
tapi aku tak pernah merasa paling benar apalagi Maha Benar,
karena yang Maha Benar hanyalah Tuhan
dan kalian tahu hal itu.

Tuan,
mereka berselimut di balik kain putih mereka untuk menutupi kehitaman mereka dengan kalimat mereka yang diputar menjadi benar,
mereka menutupi kepala mereka untuk menutupi isi kepala mereka yang sebenarnya hanya ingin memanfaatkan keadaan untuk membuat kekacauan dengan hapalan yang mereka gunakan,
dan mereka menggunakan orang lain yang terhasut untuk menghasut.

Tuan,
Memang tidak semua dari mereka itu salah, tapi tidak juga kalian salah untuk memilah mana yang salah

aku tidak berkata untuk tidak lagi mendengarkan mereka, karena bagaimanapun mereka adalah pengajar kita, pengingat akan kebenaran,

tapi Tuan,
tidak seluruhnya benar,

aku tidak menyalahkan mereka,

aku hanya ingin kalian berfikir kembali dengan yang kalian putuskan.

Tuan,

Apakah meninggalkan sesama ummat yang mati begitu saja hanya karena berbeda pendapat itu benar?
Apakah menghina "Ketuhanan" orang lain itu juga benar?
Apakah mencibir orang yang sedang berusaha memperbaiki kota lusuh ini juga benar?
Apakah tidak mempercayai orang yang sudah terbukti jujur dan malah mendukung yang sudah jelas bohong itu benar?
Apakah menghujam orang yang mempercayai orang yang sudah terbukti jujur dan menjunjung orang mendukung yang sudah jelas bohong itu benar?
Apakah mengusik orang lain yang berbeda pendapat itu benar?
Apakah menghancurkan hidup orang yang tidak sepemikiran itu benar?
Apakah menjauhi teman, kerabat atau siapapun yang tidak ingin mengikuti cara berfikir kalian itu benar?

Tuan,
Apakah itu yang diajarkan oleh "Kepercayaan" kalian?
karena aku juga memiliki "Kepercayaan" yang sama dengan kalian, tapi aku tak mendapatkan pelajaran yang sama dengan kalian.

Mungkin karena aku yang masih bodoh dan tak tahu banyak,

Karena yang ku tahu,
Tuhan Maha Pemaaf
Maka kenapa kita tidak memaafkan?

Tuhan Maha Penyayang
Lalu kenapa hanya karena kita berbeda lalu kalian membenci?

Tuhan itu Maha Pengasih,
Lalu kenapa kita malah saling menghina dan menganggu?

Tuhan Maha Mengetahui,
Lalu kenapa kalian merasa paling tahu segalanya?
Apakah kalian itu Tuhan?

Tuhan Maha Benar,
Lalu kenapa kalian merasa paling benar?
Apakah Kalian itu Tuhan?

dan yang paling aku tahu

"Kepercayaan" ku tidak butuh pembelaan kalian,
Karena kalian hanyalah pengikut, dan Tuhan lah yang Maha Kuasa

dan Tuhan tidak butuh pembelaan kalian,
Karena kalian adalah manusia sama sepertiku, dan Tuhan itu Maha Esa

!!

Tuan

Marilah kita berfikir kembali.

Aku tidaklah benar, dan tidak minta dibenarkan.
Biarlah "Kepercayaan" dan "Keimanan" ku hanya menjadi urusanku dengan Tuhan ku.

Mungkin "Kepercayaan" kita berbeda, namun aku tak akan meninggalkan kalian begitu saja, apalagi sampai membiarkan kalian membusuk karena diabaikan.

Karena aku tak akan pernah sampai hati melakukannya, meskipun "Pengajar Besar" ku yang memintanya atau membuat keputusan seperti itu, maka aku akan rela membangkang!

Karena Keimanan seseorang, biarkan mereka yang menanggung, namun kesejahteraan dan kemajuan bersama adalah tanggung jawab kita bersama.

Atau,

Tuan,
Jika kalian masih ingin seperti itu,
Terserah kalian,

Namun kumohon dengan sangat,
jangan tunjukan itu di depanku,
karena aku tak ingin berakhir membenci kalian.

Tuan,
Mungkin kita menginginkan hal yang sama, namun dengan cara yang berbeda,
maka biarkanlah kami memutuskan mana yang benar dari pihak kami.

Kalian bisa mendengar, membaca dan melihat sendiri siapa dan apa
Kami pun bisa pada akhirnya untuk memutuskan untuk ikut kalian atau tidak,
Maka untuk saat ini biarkanlah kami,
Karena di akhir cerita kita akan merasakan mana yang benar dan tidak,

dan Ku mohon, jangan biarkan hal apapun menghancurkan kedamaian ini.

Previous
Next Post »